Monday, April 7, 2008

Doa Bahagia

Setiap orang seharusnya bahagia. Inilah doa yang diajarkan Rasulullah SAW: “Ya Allah, kami mohon perlindungan dari gelisah dan sedih, lemah dan malas, pengecut dan pelit, dibelit hutang dan dikuasai orang lain”. Orang yang terhindar dari hal-hal ini adalah orang bahagia.

Mari kita lihat. Rasulullah SAW, pertama, memohon perlindungan dari kegelisahan. Bahasa Arabnya: al-Hamm. Kata ini bermakna rasa sedih membayangkan sesuatu yang belum terjadi. Banyak orang risau dengan masa depan, takut akan terjadi begini atau begitu. Padahal jika betul-betul sampai ke masa depan, bayangan buruk itu, belum tentu terjadi. Ia adalah sesuatu yang belum nyata, lantas kenapa ia mesti membuat kita sedih atau takut? Biarkan saja waktu terus berlalu sampai ia terjadi. Kita hadapi dan memusatkan perhatian pada yang nyata sajalah, pada apa yang betul-betul sedang kita hadapi.

Kedua, Rasulullah SAW memohon perlindungan dari kesedihan: al-huzn. Kata ini berarti rasa sedih atas sesuatu yang sudah terjadi, sudah berlalu. Misalnya, seseorang kehilangan emas 100 gram. Setelah kehilangan itu terjadi, ia terus memikirkannya: sedih, menyesal dan seterusnya. Padahal barang yang sudah hilang itu belum tentu kembali dengan kesedihannya. Kenapa kejadian itu tidak dikembalikannya kepada Allah SWT, bahwa segala sesuatu tidak mungkin terjadi tanpa ketentuan dan keputusan-Nya. Lantas kenapa mesti disedihkan? Biarkan saja ia berlalu.

Ketiga dan keempat, Rasulullah SAW memohon perlindungan dari lemah dan malas. Lemah artinya jika seseorang ingin melakukan sesuatu tetapi tidak bisa dilakukannya karena memang tidak mampu. Sedangkan malas berarti jika seseorang ingin melakukan sesuatu tetapi tidak dilakukannya, padahal ia mampu untuk itu. Dua penyakit ini adalah sumber kemunduran sebuah komunitas. Tidak ada prestasi yang bisa dicapai oleh kelemahan dan kemalasan.

Kelima dan keenam, Rasulullah SAW memohon perlindungan dari sifat pengecut dan pelit. Pengecut berarti tidak mau mengorbankan kelebihan tenaga fisik untuk orang lain atau kepentingan umum, sedangkan pelit tidak mau mengorbankan kelebihan harta untuk orang lain atau kepentingan umum. Orang macam ini hanya memikirkan dan bertindak untuk kepentingan diri sendiri saja. Ia mau menerima bantuan tenaga dan harta orang lain, tetapi ia tidak mau untuk memberikannya kepada orang lain.

Ketujuh dan kedelapan, Rasulullah SAW memohon perlindungan dari dikuasai hutang dan dikuasai orang lain. Hutang adalah belitan harta yang membuat kita tidak tegak berdiri dan tidak bebas begerak, sedangkan kekuasaan orang lain kepada kita bakal mengakibatkan kita seperti budak yang tidak bebas berkehendak. Alangkah sempitnya hidup macam ini.

Nah, jika kita terhidar dari seluruh kondisi itu. Kita tidak risau dengan masa depan dan tidak sedih dengan masalah lalu. Kita tidak lemah dan tidak malas. Kita tidak pengecut dan tidak pelit. Kita tidak dibelit hutang dan tidak berada di bawah kekuasaan orang lain. Maka kita adalah orang yang bahagia di dunia ini. Inilah ukuran-ukuran yang universal dan langgeng yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Inilah landasan hidup bahagia yang bakal memuat kita terus enjoy, bersemangat, penuh empati dan merdeka. Kalau semua orang di Indonesia memiliki rasa semacam ini, tentu bangsa ini bakal segera menjadi bangsa besar yang dipenuhi orang-orang bahagia. Bukan bangsa rumah sakit yang bangunan materialnya megah-mencakar langit tapi diisi oleh orang-orang sakit!