Saturday, April 12, 2008

Sebelum Penyesalan Datang

Penyesalan tidak pernah datang di muka. Ia pasti muncul di belakang, ketika waktu tidak lagi menolong. Maka berbuatlah, sebelum penyesalan itu datang. Sebelum segalanya terlambat.

Fir’aun baru mau mengaku Allah sebagai Tuhan ketika nyawanya sudah di tenggorokan. Ketika ia timbul tenggelam di permukaan laut merah. “sekarang saya beriman bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang diimani oleh Bani Israil”. (QS. Yunus, 90). Tetapi segalanya terlambat. Penyesalan tidak lagi berguna.

Nabi Muhammad SAW menyebut lima kesempatan yang harus betul-betul dipergunakan sebaik-baiknya, sebelum mereka digantikan oleh lima kebalikannya: Muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum fakir, hidup sebelum mati dan sempat sebelum sempit.

Betapa banyak orang-orang muda yang menghabiskan masa mudanya untuk berhura-hura, memuaskan nafsunya, membunuh waktu dengan kegiatan yang tidak berguna, mereguk habis-habisan kenikmatan dunia, seolah-olah masa muda itu akan berlangsung selamanya. Tiba-tiba masa muda habis. Ketika tua, ketika tenaga tinggal sisa-sisa, banyak sekali perbuatan baik yang mestinya bisa dilakukan ketika muda, tidak lagi bisa dilakukan pada masa tua. Sesal tidak lagi berguna.

Betapa banyak orang sehat yang tidak menyadari bahwa sakit membayang-banyanginya. Mereka tidak menyadari betapa kesehatan adalah anugerah besar yang tidak seharusnya digunakan untuk perbuatan tidak berguna, apalagi kejahatan. Banyak orang sehat yang tidak menggunakan semaksimal mungkin nikmat kesehatannya untuk berbuat baik. Sampai ketika sakit mendera. Ketika ia tidak bisa lagi berpisah dengan tempat tidur. Ia tidak lagi bisa berbuat apa-apa. Sesalpun tiba, “kenapa ketika aku sehat, aku tidak banyak berbuat baik?”. Sesal memang selalu datang di belakang.

Orang kaya juga begitu. Tidak banyak orang kaya yang rendah hati. Dengan setulus hati mengakui bahwa harta benda yang banyak itu hanyalah titipan Allah SWT untuk mengujinya apakah dengan diberi harta ia tetap menjadi hamba Allah yang benar atau berubah menjadi hamba harta. Apapun dibelinya untuk memenuhi nafsunya. Sampai ketika tiba saat Allah mengambil kembali titipan itu. Ketika ia jatuh miskin. Tidak lagi ia bisa bersedekah, menyumbang lembaga pendidikan, menyantuni fakir miskin, merawat masjid dan seterusnya. Ah... sesal tidak lagu ada gunanya.

Orang hidup yang berbuat tidak baik pasti lupa akan kematian. Kalau ia ingat bahwa kematian bisa datang kapan saja, tidak mesti menunggu masa tua, ia pasti tidak berbuat jahat. Ia pasti tidak mau ajalnya datang ketika ia mengkorupsi uang rakyat. Kalau saja setiap orang mau menggunakan saat hidupnya untuk persiapan menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja, tentu akan jauh lebih banyak orang baik ketimbang orang jahat.

Ayolah, mumpung ada kesempatan, sebelum kesempitan datang, kita berbuat baik. Sebelum sesal tidak lagi berguna. Sebelum kematian datang dan keinginan serius untuk berbuat baik, tidak lagi berguna. Orang mati yang tidak sempat berbuat baik sangat menyesal dan meminta dikembalikan barang sebentar saja ke dunia ini untuk berbuat baik. Tapi tidak bisa. “...Ya Tuhanku, tidakkah engkau berkenan menunda sedikit saja masa kematianku, pasti aku akan bersedekah dan termasuk orang-orang saleh”. (QS. Al-Munafiqun, 10).

No comments: