Wednesday, April 16, 2008

Allah Maha Pemurah

Kalau kita mau, mudah sekali kita mendapatkan rahmat Allah. Bayangkan saja, kalau kita berniat hendak berbuat baik, lalu kita tidak jadi melaksanakannya, maka kita sudah mendapatkan satu pahala sempurna. Sedangkan kalau kita berniat jelek dan kita tidak jadi melaksanakannya, kita mendapatkan satu pahala penuh juga, karena kita telah tidak jadi berbuat jelek.

Sementara itu, kalau kita berniat berbuat baik, lantas kita melaksanakannya, maka pahalanya berlipat-lipat dihitung mulai dari sepuluh, tujuh ratus sampai tidak terhingga. Sedangkan kalau kita berniat berbuat jelek, lalu kita melaksanakannya, maka ia hanya dihitung satu kejelekan. Kontras bukan, kondisinya dengan kebaikan?. Itulah kemahakasihan Allah; itulah kemahamurahan-Nya. Ini dituturkan dalam sebuah hadits yang kesahihan diakui oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim (muttafaq alaih).

Ketika al-Qur’an bercerita tentang sedekah, ia menggambarkan seseorang yang bersedekah seolah menanam satu benih. Benih itu tumbuh menjadi pohon. Pohon itu berdahan tujuh. Setiap dahan mengeluarkan seratus buah. Dengan modal menanam sebiji buah, seseorang yang bersedekah akan memetik tujuh ratus buah. Luar biasa, bukan? Maka bersedekahlah seribu rupiah dengan ikhlas, anda akan mendapat balasan tujuh ratus ribu rupiah. Tentu semakin banyak sedekah anda, semakin banyak hasil yang akan ada petik.

Ini masih terhitung. Lantas bagaimana dengan pahala ibadah puasa Ramadlan yang digambarkan dalam sebuah hadits qudsi sebagai “puasa itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan membalas-Nya”, firman Allah. Bagaimana dengan pahala berbuat sabar yang dalam al-Qur’an disebutkan, “sesungguhnya orang-orang sabar akan mendapat balasan yang tidak bisa dihitung”? (QS. Az-Zumar, 10).

Itulah mungkin sebabnya, umat Nabi Muhammad SAW ini tidak perlu berkecil hati karena umur mereka yang relatif pendek dibandingkan dengan umat Nabi Nuh misalnya. Allah menebar banyak sekali bonus untuk umat Rasulullah, Muhammad SAW. Bonus-bonus itu ada yang berkaitan dengan waktu: sepertiga malam terakhir, hari jum’at, bulan Ramadlan, hari Arafah dll; ada yang berkaitan dengan tempat: masjidil Haram Mekah, Masjid Nabawi Madinah, Masjid al-Aqsha Palestina, tanah arafah, multazam di Ka’bah dll.

Kalau setiap orang menyadari sampai bisa menggambarkannya secara material balasan kebaikan dari Allah yang berlipat ganda ini, tentu tanpa diserukan atau diceramahi, hatinya akan tergerak untuk berbuat baik. Bukankah strategi macam ini yang sekarang dipakai oleh perusahaan telepon seluler, bank-bank atau perusahaan-perusahaan untuk menggait sebanyak mungkin pelanggan. Kenyataannya strategi ini menguntungkan mereka meskipun mereka harus membayar biaya mahal iklan produk-produk itu. Bukankah, televisi kita dijubeli oleh iklan-iklan macam ini?.

Kalau untuk urusan duniawi semata seolah tidak perlu dicermahi lagi, banyak orang berbondong-bondong mengikuti dikte-an iklan demi berharap bonus, hadiah dan seterusnya. Kenapa untuk sesuatu yang langgeng, tidak terbatas dan pertaruhan kebahagiaan atau penderitaan yang tidak alang kepalang, banyak orang enggan dan susah tergerak menyongsongnya?.

Entahlah. Di zaman kita ini, ternyata banyak sekali ukuran-ukuran yang sudah terbalik!

No comments: