Monday, April 7, 2008

Mencari Teman

Aristoteles, filosof kebanggan peradaban Yunan itu, pernah menyatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak akan bisa hidup sendiri. Sebenarnya ini tidak baru. Sejak Allah SWT menciptakan makhluk-Nya, hukum alam yang diberlakukannya adalah segala sesuatu tercipta berpasang-pasangan.

Pasangan-pasangan itu akan melahirkan keluarga. Gabungan unit-unit keluarga akan membentuk masyarakat. Masyarakat besar mewujud sebagai sebuah bangsa. Bangsa-bangsa bergaul dalam tata dunia manusia. Begitulah hidup. Tidak seorang pun yang bisa hidup sendiri. Pemenuhan hajat hidupnya banyak tergantung kepada orang lain.

Kalaulah seseorang harus mencari teman, maka teman terbaik adalah teman yang siang malam beraktifitas hanya untuk mencapai ridla Allah SWT. Allah berfirman dalam surat al-Kahfi, “Bersabarlah untuk tetap bersama orang-orang yang berdoa kepada Tuhan mereka siang dan malam demi mengharap ridla-Nya. Janganlah engkau berpaling darinya karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah mengikuti orang yang telah Kami lupakan hatinya dari mengingat kami dan ia mengikuti hawa nafsunya. Urusan orang macam ini adalah hancur”. (QS. Al-Kahfi, 28).

Kata ‘bersabarlah’ yang digunakan dalam ayat ini menarik untuk diungkap. Ia harus bersabar karena melawan bisikan hawa nafsunya. Biasanya, seseorang lebih berminat untuk mencari teman, relasi, rekan bisnis, kawan politik yang mendatangkan kelezatan duniawi kepadanya. Mencari teman, sadar atau tidak, ditentukan oleh seberapa besar imbas material yang kembali kepada orang tersebut. Semakin besar kekayaan material sang teman, semakin tinggi jabatannya, semakin berpengaruh ia, maka semakin kuat orang tadi mengikat diri kepada sang teman.

Al-Qur’an membalik paradigma ini. Jika kekayaan, jabatan dan pengaruh melupakan sang teman dari Tuhannya, maka selayaknya ia ditinggalkan saja, bukan mengikatkan diri lebih kuat. Sebab, tidak ada jaminan keselamatan dunia-akhirat dari menemani orang macam itu. Dalam perspektif masa depan terjauh, bahayanya lebih besar.

Teman yang harus dicari adalah teman yang total menghambakan dirinya kepada Allah SWT. Kata “berdoa siang dan malam” yang digunakan dalam ayat ini adalah sekedar sampel dari kenyataan bahwa orang tersebut mempersembahkan segala apapun yang dilakukannya demi mendapatkan ridla Allah SWT. Ia selalu melihat bimbingan Allah SWT dalam segala aktifitasnya. Orang macam inilah yang mesti ditemani, didukung, diharapkan luapan balik kebaikannya.

Paradigma ini amat sangat penting dalam tata masyarakat yang sudah menjadikan demokrasi sebagai salah satu pilarnya. Ujungnya, apapun ditentukan dengan pemungutan suara. Siapa saja yang mendapat suara dukungan terbanyak, dialah yang akan berkuasa.

Di sinilah pentingnya cara pandang mencari teman yang betul-betul tunduk kepada Allah SWT. Akibat yang paling serius misalnya, ketika kita memilik si A atau si B untuk memegang jabatan pemerintahan tertentu, bukan lagi ditentukan seberapa banyak hartanya, seberapa besar pengaruhnya, seberapa terkenal dia, tetapi oleh seberapa istiqomah ia mengingat Allah SWT, seberapa taat dia kepada aturan-aturan Allah SWT, seberapa takut ia kepada Allah SWT dan seberapa banyak nilai-nilai luhur ajaran Allah SWT yang sudah diteladankan para utusan-Nya dapat ia implementasikan dalam kehidupannya sehari-hari.

No comments: