Tuesday, April 15, 2008

Kebenaran Pasti Menang

Bertahanlah dalam kebenaran, karena akhirnya kebenaran pasti menang. Itulah pesan yang hendak Allah sampaikan dalam firman-Nya: “Jika kebenaran datang, kebatilan pasti hancur”. (QS. Al-Israa, 81).

Kebenaran adalah bagaikan ular Nabi Musa yang memakan kebatilan ular-ular tukang sihir Fir’aun; sebuah lakon dramatis pertarungan kebenaran dan kebatilan yang dikisahkan dalam al-Qur’an. (QS. Al-A’raaf, 113-126). Panggung kehidupan ini memang tidak akan lepas dari lakon pertarungan kebenaran melawan kebatilan.

Bisa jadi dalam perjalanannya pemegang kebenaran diuji dengan kekalahan. Dunia seperti sempit; malam pekat gulita menyelimuti; jalan yang ditempuh dipenuhi duri. Al-Qur’an menggambarkan mereka berhadapan dengan situasi menekan yang sangat keterlaluan. Bumi yang mereka pijak seperti gempa besar karena kesulitan dan bahaya yang menyerang mereka.

Namun kalau mereka bertahan dalam kebenaran, semburat fajar subuh datang mengusir pekatnya malam; pertolongan Allah datang membawa kemenangan. “Ketika pertolongan Allah dan kemenangan datang, engkau melihat orang-orang masuk Agama Allah dengan berbondong-bondong”. (Q.S. an-Nashr, 1-3). Rasulullah dan para sahabatnya harus bertahan belasan tahun sebelum kebenaran yang mereka perjuangkan meraih kemenangan.

Maka carilah kebenaran itu. Rasul menunjukan dua cara untuk itu: bermusyawarah dan ber-istikharah. Musyawarah berarti usaha horizontal meminta pendapat sesama manusia untuk menemukan pilihan yang paling benar. Istikharah berarti memohon petunjuk Allah agar ditunjuki mana yang benar menurut-Nya.

Jika keduanya telah dilakukan, maka pertahankanlah pilihan tersebut, apapun kondisinya. Pemegang kebenaran harus bertahan, meskipun misalnya ia dikelilingi jauh lebih banyak orang-orang yang tidak benar. Ia tidak boleh ikut ke arus besar kebatilan meskipun ia menjadi minoritas dan terpinggirkan.

Sementara kalau seseorang memegang kebatilan, ia tidak boleh mempertahankannya, apapun alasannya. Orang yang bertahan dalam kebatilan adalah orang sombong, karena Nabi bersabda, “kesombongan adalah tidak mau menerima kebenaran dan meremehkan orang lain”. Kesombongan mengundang kemurkaan Allah, karena yang berhak sombong hanya Allah SWT.

Dari siapapun datangnya kebenaran, ia harus kita terima. Dari siapapun datang kebatilan, ia harus kita tolak. Itulah inti doa yang sering kita panjatkan: “Ya Allah, tunjukkanlah kami yang benar itu benar dan karuniakanlah kami kemampuan untuk mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami yang salah itu salah dan berilah kemampuan kepada kami untuk menjauhinya”.

Semoga kita termasuk orang-orang yang memiliki kerendahatian untuk mengikuti kebenaran dari dari siapapun datangnya; memiliki semangat juang untuk mempertahankannya berapapun ongkos yang dimintanya.

No comments: